Notification

×

Iklan

Nihil Dukungan Pemerintah, Anak Seorang Guru di Garut Tembus Prestasi Sepak Bola Tingkat Nasional hingga Luar Negeri

Minggu, 06 Juli 2025 | 17:00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-06T10:00:55Z
GARUT – JEJAKINFORMASI.ID-minggu 7juli 2025
Di tengah keterbatasan ekonomi dan minimnya dukungan dari pemerintah daerah, seorang anak asal Garut berhasil menorehkan prestasi membanggakan di dunia sepak bola nasional hingga internasional. Ia adalah Miraj Rizky Sulaeman, anak bungsu dari pasangan guru, Waskandar dan Nunung Nuryati, yang telah menunjukkan bakat dan kegigihan sejak usia dini.

Miraj mulai menapaki dunia sepak bola sejak usia 7 tahun, terinspirasi dari kakak-kakaknya yang lebih dulu berlatih. Ia bergabung dengan SSB Mandala Cikajang, dan pada usia 9 tahun berhasil lolos seleksi ke klub sepak bola usia dini di Jakarta, SSB Alba.

 “Kami sangat bangga, tapi perjuangannya berat. Biaya pulang-pergi Garut–Jakarta setiap minggu mencapai setengah juta rupiah. Sering kali kami tidur di emperan masjid atau warung kosong karena tidak sanggup bayar penginapan,” ungkap Waskandar kepada Redaksi Jejakinformasi.id dalam wawancara tertulis.

Keterbatasan ekonomi memaksa keluarga ini menjual barang, bahkan berutang. Dalam kondisi terdesak, Waskandar mengajukan proposal bantuan kepada sejumlah instansi seperti Dispora, Disdik, KONI, Askab, dan Persigar. Namun hasilnya nihil.

“Jawabannya selalu sama: tidak ada anggaran. Saya sempat menangis. Anak saya masih SD waktu itu. Kami hanya ingin dia terus melanjutkan mimpinya,” ujarnya lirih.

Namun, takdir berkata lain. Pada akhir 2019, Miraj lolos seleksi Akademi Farmel Katawachi dan menerima beasiswa penuh: mencakup uang makan, uang saku, serta fasilitas asrama.

Sejak itu, karier sepak bola Miraj melesat. Ia mengukir sejumlah prestasi membanggakan, antara lain:

Best Player IJL KU 13 & 14
Best Player Se-Provinsi Banten KU 13
Best Player Liga TopSkor Jakarta dan Nasional
Best Player Singa Cup (kompetisi internasional)
Man of the Match EFA Liga 1 KU-15 (bersama Madura FC)

Sayangnya, semua pencapaian itu diraih tanpa sentuhan satu pun dari Pemerintah Kabupaten Garut.

 “Anak-anak Garut yang berprestasi justru lebih dihargai daerah lain. Ini menyedihkan. Mereka akhirnya membela klub luar daerah, bahkan provinsi lain,” ujar Waskandar prihatin.

Sebagai guru, ia juga menyoroti mahalnya fasilitas olahraga milik pemerintah. Ia mencontohkan Lapangan Adiwijaya yang dinilai terlalu mahal untuk SSB kecil.

“Bagaimana anak-anak Garut bisa berkembang kalau fasilitasnya tidak ramah bagi masyarakat kecil?” katanya.

Ia membandingkan kondisi tersebut dengan negara-negara maju yang menyediakan akses fasilitas olahraga gratis bagi anak-anak berbakat sebagai investasi masa depan.

Waskandar berharap ada kebijakan konkret dari pemerintah daerah dalam pengembangan minat dan bakat anak muda Garut. Ia mengusulkan program beasiswa non-akademik, anggaran pembinaan olahraga yang berkelanjutan, serta akses fasilitas latihan yang murah atau bahkan gratis.

“Jika tidak ada perhatian serius, anak-anak hebat asal Garut akan terus jadi milik daerah lain. Sayang sekali kalau kita tak belajar dari kisah ini,” pungkasnya.

Saat ini, Miraj Rizky Sulaeman duduk di kelas XI SMAN 1 Tangerang dan tinggal di asrama Akademi Farmel. Ia adalah putra keenam dari pasangan guru yang mendedikasikan hidup mereka untuk pendidikan dan perjuangan anak-anak.

Reporter:(F.BOY).


TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×