Notification

×

Iklan

Diduga Alami Perundungan, Siswa SMAN 6 Garut Bunuh Diri, Ini Respons Sekolah dan Pemkab

Rabu, 16 Juli 2025 | 15:51 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-16T08:51:29Z
Garut, jejakinformasi.id - Dunia pendidikan di Kabupaten Garut berduka atas meninggalnya seorang siswa SMAN 6 Garut berinisial P (16), yang diduga melakukan tindakan bunuh diri pada Senin pagi, 14 Juli 2025. Dugaan sementara menyebutkan bahwa korban mengalami tekanan psikologis usai menjadi sasaran perundungan di lingkungan sekolah. Selasa (16/07/25)

Peristiwa ini mencuat ke publik setelah akun media sosial yang diduga milik ibunda korban membagikan cerita menyayat hati mengenai perubahan perilaku anaknya sejak diduga dituduh telah melaporkan teman sekelasnya yang menggunakan rokok elektrik (vape) kepada guru.

 “Anak saya dituduh ngadu ke guru soal teman yang nge-vape. Sejak saat itu dia dijauhi, bahkan hampir dipukul oleh teman sekelas,” tulis akun tersebut dalam unggahan yang kemudian viral di media sosial dan menarik perhatian masyarakat serta media.

Dalam unggahan itu juga disebutkan bahwa P menjadi pribadi tertutup setelah kejadian tersebut. Ia sering murung, mengurung diri di kamar, dan enggan kembali ke sekolah. Puncaknya, korban tidak naik kelas, yang disebut semakin memperburuk kondisi mentalnya.

“Dia trauma, merasa disudutkan, dan akhirnya tak mau sekolah lagi,” tulis sang ibu dalam unggahan yang sama.
Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah adanya perundungan di sekolah dan menyatakan bahwa keputusan tidak naik kelas murni karena faktor akademik.

“Ada tujuh mata pelajaran yang nilainya tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan hal ini sudah disampaikan kepada orang tua dalam rapat pleno,” ujar Dadang, dikutip dari Radar Garut, Selasa (16/7).

Ia menambahkan, pihak sekolah telah memberikan pendampingan melalui guru Bimbingan Konseling (BK), serta melibatkan P dalam sejumlah kegiatan seperti teater dan kerja kelompok. Sekolah juga menyatakan bahwa tidak ada perlakuan pengucilan terhadap korban.

Sejumlah siswa SMAN 6 Garut yang dikonfirmasi oleh media menyebut memang pernah terjadi kesalahpahaman terkait dugaan pelaporan soal vape, namun mereka membantah adanya tindakan kekerasan atau pengucilan secara sistematis terhadap P.

Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, menyampaikan keprihatinan dan memastikan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti unggahan viral tersebut. Pemkab, kata dia, telah mengirimkan tim dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) untuk melakukan asesmen dan pendampingan.

 “Selama tiga minggu kami melakukan pendekatan, dan telah menjadwalkan pertemuan langsung dengan korban pada tanggal 17 Juli. Namun, kami sangat menyesal, karena korban sudah meninggal lebih dahulu,” ujar Putri dalam keterangan resminya, dikutip dari Pikiran Rakyat.

Ia menambahkan, Pemkab Garut akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem perlindungan anak di lingkungan pendidikan. Koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat pun akan dilakukan untuk mengkaji ulang prosedur penanganan masalah siswa di sekolah.

Polisi Selidiki Penyebab Kematian
Polres Garut juga telah membuka penyelidikan terkait kasus ini. Kasat Reskrim Polres Garut, AKP Joko Prihatin, menyatakan bahwa pihaknya tengah mengumpulkan keterangan dari berbagai pihak, termasuk guru dan rekan-rekan korban.

“Kami mendalami apakah benar ada tekanan sosial, perundungan, atau faktor lain yang mendorong korban melakukan tindakan tersebut,” kata Joko.


Kasus ini menyoroti kembali pentingnya dukungan psikososial di lingkungan sekolah. Beberapa psikolog anak dan remaja dalam forum diskusi daring menyatakan bahwa perundungan tidak selalu berupa kekerasan fisik, melainkan bisa berbentuk pengucilan, tekanan verbal, atau stigma sosial yang dampaknya tak kalah menyakitkan.

Mereka juga menekankan peran penting guru BK, guru wali kelas, dan orang tua dalam membangun komunikasi terbuka agar gejala stres atau tekanan mental pada siswa bisa dideteksi sejak dini.
 (F.BOY)
TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×